Via Radar Pekalongan
AKSI LAGI – Belasan mahasiswa dari Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) kembali menggelar aksi untuk menuntut tidak diberlakukannya pasar bebas 2015.
M AINUL ATHO’ / RADAR PEKALONGAN
KOTA – Kembali, belasan mahasiswa dari Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) Kota Pekalongan menggelar aksi menolak pemberlakuan pasar bebas tahun 2015 mendatang, Senin (29/9).
Aksi yang dipusatkan di Monumen Juang Kota Pekalongan itu, mengajak serta perwakilan SMI dari Yogyakarta dan Semarang.
Orator dari SMI Yogyakarta, Feri mengatakan, pemberlakuan pasar bebas akan memberikan tambahan tekanan bagi rakyat kecil. Buruh lokal akan diserbu pekerja asing, ribuan produk murah dari luar juga akan masuk ke Indonesia tanpa pajak. “Jelas akan banyak produk luar menyerbu Indonesia yang artinya akan mematikan industri dalam negeri,” tuturnya.
Hal tersebut, lanjutnya, akan mematikan upaya buruh dan petani dalam memenuhi kebutuhan keluarga termasuk pendidikan anak-anaknya.
Dampaknya, anak buruh dan anak petani tak lagi bisa sekolah. Sekolah hanya diperuntukkan bagi mereka yang mempunyai uang saja.
“Akan semakin nyata pembentukan pendidikan sebagai industri dan dikomersialkan oleh kaum pemodal. Mereka yang bisa bersekolah hanyalah mereka yang punya uang saja,” tegasnya lagi.
Padahal menurut Feri, dalam UUD sudah diperjelas bahwa tujuan negara adalah untuk mencerdaskan anak bangsa. “Tapi kalau seperti ini kondisinya, negara sudah menyalahi undang-undang,” imbunya.
Untuk itu Feri meminta semua elemen masyarakat mulai dari buruh, petani, mahasiswa sampai rakyat biasa untuk membentuk serikat guna melakukan perlawanan terhadap kebijakan penerapan MEA.
Humas Aksi, Andi Al Azhar menambahkan, secara spesifik pihaknya memberikan sorotan terhadap empat pilar yang dibawa dalam MEA yang salah satunya akan membuat biaya pendidikan akan semakin mahal. “Untuk itulah kami terus gencar dan tidak berhenti untuk menolak kebijakan tersebut diterapkan,” tegas dia.
Dalam berbagai aksinya, SMI menyerukan empat tuntutan terhadap pemerintah. Pertama, berlakukan pendidikan gratis, ilmiah dan demokratis bagi seluruh rakyat Indonesia. Kemudian, nasionalisasikan aset-aset vital milik rakyat untuk kembali diolah oleh rakyat.
“Sumber daya alam Indonesia sangat kaya. Jika semua bisa dinasionalisasi dan dikelola rakyat maka akan banyak biaya untuk mencerdaskan anak bangsa. Indonesia bisa bangkit jika pendidikan diberikan gratis tanpa pandang bulu, untuk membiayainya diperlukan pendapatan melalui SDA yang dikelola secara mandiri,” pungkasnya.(nul)
Penulis: M Ainul Atho’
Redaktur: Abdurrohman
Baca Juga:
Jamak Tuntut Keterbukaan Informasi Publik, Kendal
No views yet