BANJIR – Hujan lebat bercampur rob membuat genangan banjir di Jeruksari semakin parah, kemarin.
MUHAMMAD HADIYAN / RADAR PEKALONGAN
TIRTO – Akibat hujan lebat yang mengguyur Rabu (23/7) pagi, sekitar 800 rumah di Desa Jeruksari Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan terendam banjir. Berdasar pantauan Radar, banjir kali ini tergolong cukup parah. Di beberapa titik, kedalaman banjir mencapai 20 hingga 40 centimeter.
Menurut salah seorang Perangkat Desa Jeruksari, Wahyu mengatakan, banjir kali ini adalah yang terparah di Bulan Ramadan. Bahkan kata dia, hampir 90 persen dari total jumlah rumah di Desa Jeruksari tergenang banjir. “Banjir ini merendam seluruh Desa kami. Dari mulai RW 1 sampai RW 7. Bahkan, Ada sekitar 800 rumah yang terendam, yang tidak terendam hanya rumah-rumah yang baru dibangun,” ungkapnya.
Dijelaskan, banjir akibat hujan deras pagi kemarin membuat seluruh Desa terendam hingga ke batas kota. “Sampai di depan kampus STIMIK, juga sudah mulai tergenang. Jalan raya semua tergenang. Aliran banjir dari Kota Pekalongan juga larinya ke Jeruksari, jadi wilayah kami selalu menerima dampak paling parah saat banjir datang,” keluhnya.
“Rumah saya saja, setiap tahun pasti saya tinggikan 20 cm. Setiap peninggian membutuhkan uang sebesar Rp 4,5 juta,” ujarnya.
Namun, lanjut dia, banyak warga yang tidak bisa meninggikan lantai rumahnya akibat keterbatasan ekonomi. Hal ini membuat warga tak mampu menghindar dari genangan air di rumahnya saat banjir melanda. “Ada sekitar 400 rumah yang dalam kondisi miskin.
Sedang ada sekitar 125 rumah tangga miskin (RTM) yang kondisi rumahnya tidak layak huni,” ungkapnya.
“Saya harap, proposal terkait peninggian rumah terhadap 125 rumah yang dulu pernah diajukan ke Pemerintah Daerah dapat segera terealisasi,” tandasnya.
Sementara, warga setempat lain, Wasis Warno (56) menuturkan, hujan lebat membuat rumahnya tergenang banjir. Banjir ini sering terjadi ketika hujan turun beberapa jam.
Menurutnya, banjir kali ini tergolong parah. Pasalnya, air hujan yang turun bercampur luapan air laut atau rob semakin menambah ketinggian air yang menggenangi daratan. “Kalau hujan turun, disini pasti banjir. Untuk banjir saat ini termasuk kategori parah, soalnya campur rob,” terangnya.
“Jika biasanya yang paling parah adalah RW 5, 6 dan 7, sekarang jadi para semua,” imbuhnya.
Akibat banjir yang mendera wilayahnya, kata dia, mobilitas warga menjadi terganggu. Aktivitas perekonomian juga terhambat. (yan)
(Penulis: Muhammad Hadiyan & Redaktur: Widodo Lukito)
No views yet