ENAM TAHUN – Salah seorang ‘Mami’ yang sudah enam tahun tinggal di KBS, mampu membeli dua angkot dan menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi.
TRIYONO / RADAR PEKALONGAN
Lokalisasi Kebon suwung ternyata sumber penghidupan. Salah seorang ‘Mami’ yang sudah menetap selama enam tahun mampu memiliki dua angkutan, toko, dan sekolahkan anak. Seperti apa?
Triyono, Pekalongan
**)Enam Tahun jadi Mami, Mampu Beli Angkot dan Sekolahkan Anak
Terhimpit kebutuhan ekonomi dan urusan perut. Itulah alasan wanita menghalalkan berbagai cara mencukupi kebutuhannya sehari-hari dengan menjadi penghuni KBS. Hal itu juga dialami mami di Kebonsuwung. sebut saja namanya si Mami. Sebelum di Kebonsuwung, si Mami berjualan di sebuah terminal di Pemalang. Itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya lantaran ditinggalkan suami.
Enam tahun yang lalu saat berjualan di terminal, ia tidak mampu mencukupi kebutuhannya. Namun, saat itu ia mendapat tawaran oleh kenalannya, yang merupakan seorang supir Bus Antar Kota untuk berjualan di KBS. Mulanya ia tidak tahu bahwa tempat yang didirikan untuk usaha merupakan tempat tujuan lelaki yang haus akan kebutuhan biologi. Dengan mendirikan warung kecil-kecilan, ia mulai menerima tamu. Atas dasar saran dari pengunjung supaya ramai, warung harus ada perempuan cantik untuk menjamu.
Dari situlah ia baru mengetahui bahwa tempat tersebut terkenal akan tempat service. Kemudian untuk melancarkan usahanya, ia mulai menampung para perempuan baik dari lokal atau interlokal.
Lantaran tempat sempit, ia pun memberanikan diri untuk menyewa sebidang tanah guna mendirikan warung, dengan kontrak 11 tahun sekitar belasan juta. Dari situlah ia memulai menambah kamar, berukuran sekitar 2 x 1,5 m2, hingga saat ini memilik enam kamar. Kamar yang dibangun menggunakan papan kayu, beralaskan karpet, kasur seadanya, warungnya mampu menampung anak buahnya secara gratis plus makan secara cuma-cuma. Namun demikian, ia mendapatkan sewa kamar dari pengunjung sekali ‘main’ saat ini Rp 25 ribu.
“Untuk sewa kamar kita bebankan kepada pengunjung yang mau main cuma Rp 25 ribu,” ungkap salah seorang ‘Mami’ asal Pemalang itu.
Meski dalam menerima pengunjung banyak yang menggoda dirinya, namun ‘Mami’ yang satu ini mengaku dari dulu tidak pernah melayani pengunjung. Sedangkan uang dari sewa kamar dan jualan itu, ia kumpulkan untuk membeli sebidang tanah di kampung halaman dengan membangun toko. Selain itu, uang tersebut ia gunakan untuk mengangsur kendaraan hingga kini sudah memiliki dua unit angkutan desa.
“Karena saya sudah bertekad untuk meninggalkan tempat ini, dan malu dengan anak-anak di kampung yang mengetahui saya usaha seperti ini,” ungkap dengan nada sedu.
Ia mengaku tanah yang ia kontrak tinggal lima tahun lagi. Saat ini, anak terakhir sudah masuk ke Akademi Kebidanan dan Semarang. Ia pun bertekad setelah anaknya wisuda akan meninggalkan KBS, dengan berjualan di toko di kampung halaman.”Meskipun saya tidak sekolah, tapi saya berusaha supaya anak tidak mengikuti jejak saya, dan bagaimana caranya supaya anak terakhir saya sukses menjadi Bidan,” imbuh dia dengan mata memerah seakan meneteskan air mata. (*)
(Penulis :TRIYONO & Redaktur : Widodo Lukito)