HAMPIR ROBOH – Ida Makasum (38) bersama ketiga anaknya, di depan rumahnya yang tak layak huni dan hampir roboh.
MUHAMMAD HADIYAN / RADAR PEKALONGAN
Sebuah keluarga yang hidup dibawah garis kemiskinan masih belum tersetuh pemerintah. Bahkan, ketiga anak tak menerima bantuan BSM dari pemerintah. Seperti apa?
M Hadiyan,Pekalongan
Potret kemiskinan terlihat di Dukuh Krandon Kecamatan Sragi Kabupaten Pekalongan. Sebuah keluarga hidup di bawah garis kemiskinan. Mereka bertahan di dalam rumah yang tak layak huni. Bermodal alamat yang diberikan oleh perangkat desa, Radar mencoba melihat kondisi keluarga itu, Rabu (19/3). Ternyata, untuk menuju rumah itu tidak sulit. Dengan kendaraan bermotor, hanya butuh waktu sekitar 15 menit ke arah barat dari Pasar Sragi. Meski dalam perjalanan harus melewati beberapa poster Caleg di pinggir-pinggir jalan.
Sesampainya di lokasi, pemandangan kemiskinan tampak jelas terlihat pada salah satu rumah di Dukuh Krandon, Desa Sijeruk Sragi. Rumah milik pasangan Rudiyanto (37) dan Ida Makasum (38) itu, berdiri dalam kondisi memprihatinkan. Dindingnya yang terbuat dari bambu tersebut, nyaris roboh. Sebagian besar atapnya hanya dari jerami dan sudah banyak yang belubang. Sehingga, wajar jika setiap kali hujan, air selalu membasahi tanah yang menjadi lantai dalam rumah tersebut.
Saat masuk ke rumahnya, hanya sehelai kain tebal yang dijadikan keluarga itu sebagai pengganti pintu depan. Ida Maksum mengatakan, dirinya tak mampu memperbaiki rumahnya lantaran himpitan ekonomi. “Jangankan untuk memperbaiki rumah, untuk makan saja susah,” celetuk Ida.
Ia dan suaminya bekerja sebagai buruh serabutan. Penghasilan mereka hanya Rp 10 ribu per hari. Bahkan, terkadang sehari mereka tak dapat penghasilan. Sehingga, untuk berpikir memperbaiki rumahnya yang tak layak huni itu dirasa terlalu berat. Pasalnya, ia juga harus mencukupi kebutuhan perut dan sekolah ke tiga anaknya yang masih menginjak sekolah dasar. Rudi dan Ida memiliki 5 anak, anak pertamanya M Safizal (17) sudah bekerja setelah lulus SD. Sementara, Nur Adawiyah murnirah (14) baru kelas 5 SD, M erwin (9) dan M khorul adha (8) keduanya masih kelas 2 SD.
Di samping Sikecil, Taufiq Putra Malindo (4), anak terakhirnya yang sudah lama tak merasakan air susu. Mereka mendapat kesulitan lantaran anaknya tak menerima Bantuan Siswa Miskin (BSM). “Ketiga anak saya yang masih sekolah dasar tidak mendapatkan BSM. Tapi mau bagaimana lagi, saya sudah pasrah,” akunya.
Sementara Kepala Dusun Sijeruk, Casmito mengatakan, kondisi keluarga Rudi memang membutuhkan bantuan dari pemerintah. Sebelumnya pihaknya telah mengajukan permohonan bedah rumah ke Pemkab untuk keluarga Rudi. Namun hingga 2 tahun, permohonan itu tak juga dipenuhi.
“Saya berharap, pemerintah dapat membantu rumah Rudi yang sudah tidak lagi layak huni ini agar dibedah supaya lebih kokoh dan aman. Karena kondisinya hampir roboh, dan bisa membahayakan penghuninya,” pungkasnya. (*)
(Penulis :MUHAMMAD HADIYAN & Redaktur : Widodo Lukito)